Buku Maluku Staging Point RI Abad 21 Dinilai Dapat Menjadi Sebuah Titik Penggerak Indonesia

Buku Maluku Staging Point RI Abad 21 karya anggota Komisi II DPR, Komarudin Watubun kembali menjadi perhatian publik saat ini.

Ketua Bidang Kehormatan PDI Perjuangan itu memaparkan isi buku karyanya di Seminar Internasional “Spice Trade that Connected the East and West di Hotel Sari Pan Pacific, Senin (15/7/2019).

Seminar yang dihadiri oleh delegasi GNMC (Global Network of Magellan Cities) yang terdiri dari 20 negara, diplomatik, dan wakil Kementerian dan Lembaga terkait, akademisi dan media. Buku yang menyoroti Provinsi Maluku, dinilai dapat menjadi sebuah titik penggerak Indonesia lebih maju lagi ke depannya.

Komarudin menjelaskan, Pemerintahan Jokowi dalam visi dan misinya ingin menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dengan mengaktifkan jalur lama, yakni Jalur Sutera (Silk Route). Indonesia memiliki jalur sendiri yang dikenal sebagai Jalur Rempah (Spice Route).

Maluku termasuk Tidore memiliki nilai historis serta nilai strategis selama lebih dari 800 tahun pada level global maupun kawasan Asia yang akan datang sangat mempengaruhi, bahkan menentukan daya saing Indonesia.

Tidore terpilih masuk dalam jaringan kota-kota Magellan sebagai salah satu kota yang disinggahi Ferdinand Magellan dan Juan Bastian Calcutta saat mengelilingi dunia untuk mencari rempah dan menentukan bahwa dunia bulat pada beberapa abad lalu sebagai bukti kebesaran wilayah Maluku.

Rempah-rempah, khususnya lada, pala, kapulaga, kunyit, jahe, cendana, cengkeh, dan sejenisnya memiliki nilai dan manfaat lebih dari hanya nilai ekonomis, budaya, gastro, herbal dan obat, seperti dirintis oleh Hipocrates, Bapak Obat asal Yunani, pra-Masehi.”

Rempah-rempah juga memiliki nilai spiritual, yakni tanda kehidupan, karya -cipta dan berkat Allah untuk kehidupan di planet Bumi, yang harus dirawat atau dibudidaya,bahkan jauh sebelum itu.

Pada abad 14 M, saudagar India, Arab, Persia, dan Mediteranian Timur merahasiakan zona rempah kualitas terbaik, Jazirat-al-mulk yang terdiri 5 Pulau: Ternate, Tidore, Mare, Mutir, dan Makian menjadi pintu asal muasal nama Maluku atau tanah para raja. Sementara Abad 16 M, musafir asal Portugal menyebut Mulk sebagai Moluco atau Moluccas,” jelasnya

Peringatan 500 Tahun Navigasi Ferdinand Magellan mengelilingi Bumi,menurutnya adalah peringatan menelusuri nilai kehidupan, karya dan berkat Allah di planet Bumi, melalui tanda alam yakni rempah kualitas terbaik di zona Jazirat-al-mulk—Ternate, Tidore, Mare, Makian, dan Mutir di Maluku abad 15-16 M.

Mengutip dari sejumlah referensi terpercaya dari sejumlah literatur hingga ke negeri Belanda, dalam buku yang Ia tulis, Komarudin menyebutkan bahwa pada abad 16-18 M, cengkeh (cloves), pala (nutmeg) dan lada asal Maluku disebut “the holy trinity of spices” yang melahirkan tata ekonomi dunia, the birth of global economy.

Abad 16-18 M Rempah Maluku sangat langka dan mahal bahkan melampaui harga emas di Eropa dan menjadi nilai tukar global (a form of global currency) abad 16-18 M di pasar-pasar Asia-Timur Tengah-Eropa. Zona Kepulauan Maluku pun disebut the Islands of Imagination.

Bung Komar berharap sebagai acara besar yang diselenggarakan ini tidak hanya sebatas seremoni saja, namun menjadi pendorong untuk semua pihak mengembalikan kejayaan Maluku khususnya dan Indonesia umumnya dengan melihat potensi yang dimiliki.Termasuk posisi Indonesia yang sangat startegis di tengah persaingan dan globalisasi yang sangat ketat.

Kalau China merasa besar dengan jalur suteranya, Indonesia juga memiliki posisi yang sangat strategis di Asia. Indonesia diapit oleh dua samudera dan dua benua. Di bagian barat laut, Indonesia berbatasan dengan benua Asia. Di tenggara, Indonesia berbatasan dengan benua Australia.

Di barat laut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan sebelah timur laut berbatasan dengan Samudera Pasifik. Posisi ini menjadi persimpangan lalu-lintas internasional di udara dan di laut.
Posisi ini menjadikan jalur sutera China yang merasa berkuasa di wilayah barat, tak mampu menguasai wilayah Indonesia yang ada di daerah timur.Termasuk Maluku dan Indonesia Timur pada khususnya.

Dibalik potensi yang ada itu, sejumlah ancaman juga ada di hadapan kita. Pada tahun-tahun ini, dan ke depannya, sejumlah negara banyak yang mengalami kegagalan (failed states). Keberadaan failed states juga menjadi sumber masalah seperti ekstrimisme, terorisme, narkoba, hingga pengungsi. Ada banyak contoh yang kita lihat di negeri ini. Mulai dari ekses kekerasan etnis di Myanmar hingga kelompok teroris di sejumlah negara.

Dan ini semua, kata Komar, dilalui melalui jalur lautan, Untuk itu, Indonesia harus Waspada terhadap segala bentuk ancaman. Baik ancaman keselamatan dan keutuhan bangsa, maupun ancaman ekonomi yang bisa jadi karena ketidaksadaran atau skenario musuh Indonesia dalam ‘menggiring’ Indonesia agar tetap lemah dan tergantung dari pada negara lain.

Baginya, tujuan pemanfaatan sumber daya alam yaitu memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam pelaksanaannya itu mementingkan pelestarian alam kembali supaya sumber daya alam yang ada tidak musnah merupakan poin penting.

dikutip dari : https://www.tribunnews.com/tribunners/2019/07/15/buku-maluku-staging-point-ri-abad-21-dinilai-dapat-menjadi-sebuah-titik-penggerak-indonesia?page=2

Share the Post: